Check This..


Sabtu, 31 Desember 2011

Impian Jadi Kenyataan Part II






Ini kisah lanjutan dari cerita sebelumnya, dimana sang tokoh yaitu "Joko" anak orang yg serba pas-pasan hidupnya. dapat meraih impian dan cita-citanya dengan susah payah dan kerja kerasnya sendiri. kini ia dapat menikmati hasil kerja kerasnya selama ini.. Berikut lah cuplikan lanjutan ceritanya...





Kini Joko telah sukses dan dapat meraih cita-citanya yg ia impikan selama ini, kini ia hidup bahagia dengan kedua orang tuanya dirumah mewah yg sangat megah. Kesuksesan singkat ini tidak membuat Joko cepat puas dan sombong layaknya orang-orang sukses pada umumnya. Terkadang Joko pun ingat dimana saat ia terpuruk dahulu, di cemooh dan di ejek oleh teman-temannya semasa sekolah. Maka dari itu ia tak henti-hentinya bersyukur dan terus berdoa agar ia dapat membahagiakan kedua orang tuanya selagi orang tuanya masih hidup.

Suatu malam Joko berdiri di Balcon rumahnya yg megah itu dan menatap suasana ramainya perkotaan, Joko bergumam dalam hatinya "Kehidupan ini sangatlah terasa cepat berlalu, tak terasa aku sudah sebesar ini... Padahal dahulu, aku masih anak ingusan yang hanya bisa menangis pada Bapak". Sejenak Joko pun menutup matanya dan membayangkan bila Bapaknya sudah tiada menemaninya seperti dahulu lagi, pada siapa ia akan berkeluh kesah, bersenda gurau, dan berbagi pengalaman seperti yang selalu ia lakukan pada Bapaknya. Begitu pun ia juga membayangakan hal yang sama terjadi pada Ibunya, "Bagaimana bila beliau sudah tidak disampingku bersamaku lagi? Apakah aku juga akan menangis seperti dahulu?". Kemudian Joko pun membuka kembali matanya dan berteriak dengan matanya yg berkaca-kaca "YA ALLAH... kurasa semua ini belum cukup untuk membahagiakan mereka berdua, maka panjangkanlah umur mereka berdua.. begitu juga dengan aku, agar aku bisa membuat mereka bahagia...". Tak disangka Joko yang sudah sebesar itu pun dapat menagis seperti dahulu waktu ia masih duduk dibangku SMP. Joko pun hampir tak percaya ia dapat meneteskan  air mata malam itu, dan tanpa disadari teriakannya itu membangunkan Bapaknya "Cahyo". Sambil merem melek, Bapaknya pun bertanya-tanya padanya "Nak, apa yang kau lakukan malam-malam begini disitu? kenapa kau tak tidur? belum ngantuk atau masih banyak pekerjaan yang harus segala diselesaikan?" begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan Bapaknya kepada Joko, namun ia tak kuasa menjawabnya karena ia malu bila Bapaknya tau bahwa ia menangis seperti dahulu lagi.




Tak kunjung dijawab pertanyaanya oleh Anaknya, Bapaknya Joko pun kembali bertanya "Ada apa dengan dirimu nak? (sembari menghampiri anaknya itu)". Bapaknya pun Berkata "Ada apa nak? apa ada masalah berat yang kau hadapi? ceritalah pada Bapakmu ini nak, jangan sungkan." setelah Bapaknya berkata seperti itu, rasanya Joko ingin meneteskan air matanya kembali. Kemudian Bapaknya melihat Anaknya yang sedang menangis itu dan tersenyum dengan lebar, dan kembali berkata "Mengapa jagoan Bapak yang satu ini menangis? apakah pantas seorang lelaki menangis?". Joko pun berkata "Hehe, tak apa pak.. Joko hanya terharu dan sedih". "Terharu? Sedih? Karena apa?" Timpal Bapaknya yang penasaran. Kemudian Joko pun menceritakan semua kepada Bapaknya, dan malam itu terasa sangat berbeda dengan malam-malam biasanya yang ia lalui sendiri dan sibuk dengan pekerjaannya. Setelah mendengar semua cerita dari Anaknya itu, lalu Bapaknya Joko pun tersenyum haru memandangi Anaknya itu. Joko tak pernah henti-hentinya ingin membahagiakan kedua orang tuanya dan selalu berusaha untuk membuat kedua orang tuanya tersenyum selagi mereka hidup. Orang tua mana yang tidak bangga dan terharu atas sikap Anaknya yang seperti itu, terlebih lagi Joko sudah sukses seperti sekarang ini. Ia ingin membalas kerja keras Bapaknya dulu yang tetap berusaha menyekolahkan dia walaupun ia tahu bahwa Bapaknya tidak memiliki cukup biaya.

Malam itu Joko bercerita apa yang dia keluhkan dan menjadi dilema dihatinya selama ini pada Bapaknya, Bapaknya menitipkan satu pesan padanya seperti berikut "Kalau kau ingin membahagiakan Bapak dan Ibumu, hanya cukup dengan satu perbuatan nak.. Janganlah kau membuat kita berdua bersedih karena melihat dirimu putus asa dalam berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Karena hanya hal itu yang dapat membuat kita berdua kecewa padamu nak."









          =====THE END=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar